Telegrapnews, Pekanbaru – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan bahwa potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau meningkat pada akhir Agustus 2025. Untuk mengantisipasi bahaya tersebut, BMKG bersama instansi terkait kembali menggelar operasi modifikasi cuaca (TMC).
“Dengan memanfaatkan potensi awan hujan, kami berupaya menekan risiko kebakaran sekaligus menjaga kebasahan lahan,” ujar Dwikorita dalam keterangan tertulis, Senin (25/8/2025).
Menurutnya, puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Riau sebenarnya terjadi pada Juni–Juli. Namun, Kabupaten Indragiri Hilir baru memasuki musim kering pada Agustus ini.
Bila sesuai jadwal, operasi modifikasi cuaca di Riau yang sudah berlangsung sejak 24 Agustus akan berakhir pada 31 Agustus 2025.
Data BMKG menunjukkan pada dasarian III Agustus, sebagian besar wilayah Riau masih mengalami curah hujan rendah sekitar 20–50 milimeter. Namun, intensitas hujan diprediksi meningkat pada September, dengan curah hujan mencapai 50–75 milimeter per dasarian.
Dwikorita optimistis TMC bisa menekan potensi karhutla. Ia mencontohkan operasi sebelumnya pada Juli lalu. Seusai modifikasi cuaca, 173 titik panas yang sempat muncul di Riau berhasil hilang saat dicek kembali pada 28 Juli.
“Selama pelaksanaan modifikasi cuaca pada 10–19 Agustus lalu, wilayah rawan karhutla di Riau berhasil dijaga tetap aman dengan catatan zero hotspot,” tegasnya.
Sejak Juli hingga Agustus, operasi TMC digelar serentak di sejumlah provinsi rawan karhutla. Tingkat keberhasilan diperkirakan mencapai 85–100 persen, bahkan diklaim telah menyumbang lebih dari 586,1 juta meter kubik air hujan untuk membasahi lahan dan mencegah kebakaran.
BMKG menegaskan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan TNI-Polri dalam penanggulangan karhutla, khususnya di wilayah rawan seperti Riau.
Penulis: kur