Banjir dan Cuaca Dingin Serang Singapura, Gelombang Monsun Picu Gangguan Bisnis dan Penerbangan

Banjir dan Cuaca Dingin Serang Singapura, Gelombang Monsun Picu Gangguan Bisnis dan Penerbangan
Banjir dan cuaca dingin menyerang Singapura akibat gelombang monsun 10-13 Januari 2025 (st)

Telegrapnews.com, Singapura – Gelombang monsun yang membawa hujan deras dan angin kencang menyebabkan cuaca dingin yang jarang terjadi di Singapura. Kondisi ini mengakibatkan banjir, penerbangan tertunda, dan gangguan bisnis. Fenomena ini berlangsung selama tiga hari mulai 10 Januari 2025.

Pada pagi hari 11 Januari 2025, suhu turun hingga 21,6°C di kawasan Newton Road. Cuaca ini hampir menyamai suhu terendah tahun 2024, yaitu 21,4°C.

Salah satu area yang terdampak parah adalah Jalan Seaview di Mountbatten, yang terendam banjir kilat pada malam 10 Januari.

BACA JUGA:  Israel Lancarkan Serangan Darat ke Gaza, Ribuan Warga Terjebak di Wilayah Terisolasi

Singapura saat ini berada dalam fase hujan monsun timur laut, yang biasanya berlangsung dari Desember hingga Januari. Gelombang monsun ini membawa hujan yang terus-menerus, suatu fenomena yang sering terjadi selama musim ini.

Badan Meteorologi Singapura (MSS) mencatat bahwa hujan deras pada 10 dan 11 Januari melebihi total curah hujan yang biasanya diterima Singapura dalam sebulan.

BACA JUGA:  PM Israel Netanyahu Dievakuasi dari Knesset Usai Serangan Rudal Houthi ke Israel

Changi mencatatkan curah hujan tertinggi dengan 255,2mm dalam dua hari tersebut. Melebihi rata-rata curah hujan bulanan Singapura yang hanya 222,4mm.

Gelombang monsun ini diperkirakan akan berlangsung hingga 13 Januari 2025, dengan intensitas hujan yang lebih tinggi, menyebabkan suhu turun signifikan.
Gelombang monsun serupa juga diperkirakan terjadi di Malaysia, dengan curah hujan berat diperkirakan melanda sejumlah negara bagian mulai 15 Januari.

Para ahli memprediksi bahwa fenomena La Nina yang membawa kondisi cuaca lebih basah dan dingin kemungkinan akan kembali antara Januari hingga Maret. Meningkatkan kemungkinan terjadinya hujan lebat dan banjir kilat lebih sering. Hal ini dapat memperpanjang musim hujan di Singapura hingga Februari.

BACA JUGA:  Mati Satu, Tumbuh Seribu: Hilang Sinwar, Muncul 8 Calon Pengganti Kepala Biro Politik Hamas

Dengan perubahan iklim yang memperburuk kondisi cuaca ekstrem, penelitian menunjukkan bahwa musim hujan yang lebih intens akan terjadi di masa depan. Meningkatkan risiko banjir kilat di berbagai wilayah Singapura.

Sumber: ST
Editor: dr