Telegrapnews.com, Batam – Masyarakat di sekitar Perumahan Muka Kuning Pratama dan Sagulung Raya, Kecamatan Sagulung, Kota Batam, diimbau untuk belajar hidup berdampingan dengan buaya muara yang menghuni habitat alaminya.
Imbauan ini disampaikan setelah penampakan buaya sepanjang tiga meter kembali terjadi pada Senin, 12 September 2024.
Kepala Seksi Wilayah II Batam BBKSDA Riau, Tommy Steven Sinambela, menegaskan bahwa buaya di lokasi tersebut tidak bisa dipindahkan, karena daerah tersebut merupakan habitat alami buaya muara.
Tommy menyampaikan pentingnya edukasi masyarakat mengenai cara beradaptasi dengan kehadiran satwa liar ini.
Baca juga: HMR Siap “Balek” ke Dompak, Bawa Visi Membangun Kepri Lebih Baik
“Buaya muara yang muncul di sekitar pemukiman bukan hewan yang bisa dipindahkan sembarangan karena habitat alaminya ada di sini. Oleh karena itu, yang terpenting adalah sosialisasi tentang bagaimana hidup berdampingan dengan mereka,” ujar Tommy, Jumat, 13 September 2024.
Tommy menjelaskan bahwa perilaku buaya bisa diprediksi, terutama dengan memahami jam-jam aktif mereka. Masyarakat diimbau untuk tidak beraktivitas di sekitar parit besar pada malam hari, ketika buaya lebih aktif.
“Kami mengimbau masyarakat untuk menghindari aktivitas seperti memancing atau bermain di parit besar pada malam hari. Karena buaya aktif di waktu tersebut,” lanjutnya.
Selain itu, Tommy juga menegaskan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai upaya pencegahan. Warga diingatkan untuk tidak membuang sampah rumah tangga, terutama sisa makanan, ke parit, karena dapat menarik perhatian buaya yang sedang mencari makan.
“Membuang sisa makanan, seperti tulang ayam, ke sungai atau parit dapat memancing buaya mendekat. Hal ini berbahaya karena penciuman buaya terhadap bau sangat sensitif,” tambahnya.
Baca juga: Pemasangan Balok Girder Flyover Sei Ladi Dikebut, Wali Kota Batam Minta Maaf atas Kemacetan
BBKSDA Riau juga telah memasang rambu-rambu peringatan di sekitar kawasan pemukiman untuk mengingatkan warga tentang keberadaan buaya.
Selain itu, BBKSDA merekomendasikan pemasangan pintu air di hulu parit untuk membatasi pergerakan buaya ke area yang lebih dekat dengan pemukiman.
Meskipun konflik antara manusia dan buaya di Kepulauan Riau masih terbilang rendah, Tommy menegaskan bahwa risiko tetap ada, terutama jika habitat buaya terganggu. Ia mengajak masyarakat untuk bijak beradaptasi dan menjaga keselamatan.
“Konflik antara manusia dan buaya dapat dihindari selama kita memahami perilaku mereka dan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan. Buaya tidak agresif selama habitatnya tidak terganggu,” tegasnya.
Penulis: jd