
Telegrapnews.com, Batam — Gelombang narkoba kembali menghantam perairan Indonesia. Dalam kurun waktu kurang dari sebulan, dua pengungkapan besar terjadi di perairan Karimun, Kepulauan Riau. Total lebih dari 4 ton narkotika jenis sabu dan kokain berhasil digagalkan aparat gabungan, dengan nilai ekonomi fantastis mencapai Rp7,5 triliun.
Penyelundupan pertama terjadi pada 13 Mei 2025. Kapal asing yang membawa hampir 2 ton narkoba disergap TNI AL di Perairan Selat Durian, Kabupaten Karimun. Lima Warga Negara Asing (WNA) ikut diamankan dalam operasi senyap tersebut.
“Benar ada pengungkapan hampir 2 ton,” ujar Mayor Laut (P) Rio Nugraha, Kadispenal Lantamal IV Batam, Jumat (16/5). Dari jumlah tersebut, 1,2 ton merupakan kokain, sisanya 700 kilogram sabu.
Proses hukum berlanjut. Saat pelimpahan perkara, penimbangan ulang dilakukan. Hasilnya mengejutkan: total barang bukti mencapai 2.061.293 gram atau lebih dari 2 ton.
“Jika dikonversi ke nilai ekonomi, nilainya mencapai Rp7,5 triliun, dan ini bisa menyelamatkan sekitar 16 juta jiwa generasi bangsa,” ungkap Laksamana Pertama TNI Berkat Widjanarko, Komandan Lantamal IV Batam, Senin (19/5).
Sabu 2 Ton Diselundupkan Lagi Lewat Kepri

Belum genap dua minggu berlalu, penyelundupan sabu kembali terdeteksi. Kali ini, aparat gabungan BNN, Bea Cukai, Polda Kepri, dan TNI AL menyergap kapal MT Sea Dragon Tarawa di perairan Kepri, Kamis malam (22/5).
“Ini adalah pengungkapan sabu terbesar dalam sejarah Indonesia,” tegas Kepala BNN Komjen Marthinus Hukom, dalam konferensi pers di Batam, Senin (26/5).
Dari kapal tersebut, petugas menemukan 67 kardus berisi 2.115.130 gram sabu yang dibungkus dalam kemasan teh China. Barang haram itu disembunyikan di dua kompartemen kapal, dekat ruang mesin dan bagian depan.
Sebanyak 6 anak buah kapal (ABK) ditangkap — empat WNI dan dua WNA asal Thailand. Mereka mengaku hanya buruh angkut, tergiur upah Rp24 juta dan bonus Rp50 juta jika berhasil menyelesaikan misi.
Dalang di Balik Layar: DPO Internasional
Namun kisah kelam ini tak berhenti di laut. BNN mengungkap bahwa penyelundupan 2 ton sabu tersebut dikendalikan oleh Dewi Astuti, seorang WNI buron kasus narkoba sejak 2024.
“Dia adalah otak di balik jaringan ini. Kami yakin ia kini berada di kawasan Kamboja,” ungkap Marthinus. BNN pun menggandeng Badan Intelijen Negara (BIN) untuk memburu sang gembong.
Dalam sebulan, dua kapal masuk dengan muatan 4 ton narkoba ke perairan Kepri. Pertanyaan besar pun muncul: seberapa kuat jaringan ini menyusup ke jalur laut Indonesia? Dan berapa banyak lagi yang lolos tanpa terdeteksi?
Dengan nilai setara triliunan rupiah, nyawa para pelaku — dan masa depan generasi muda Indonesia — seperti dipertaruhkan demi upah recehan. Sementara sang dalang, masih bebas di luar negeri.
Editor: dr