Hijau di Tengah Baja: Jejak PT Esun Menjaga Alam dan Harapan

Ribuan pencari kerja di PT Esun, beberapa waktu lalu - foto dok/ Ist

Telegrapnews.com, Batam – Batam terus bergerak. Di kawasan industri yang tak pernah benar-benar sepi itu, mesin-mesin berputar siang dan malam. Salah satunya milik PT Esun, perusahaan padat karya yang delapan tahun terakhir ikut menopang denyut ekonomi kota perdagangan bebas tersebut.

Didirikan tahun 2017, PT Esun beroperasi di bawah izin resmi Badan Pengusahaan (BP) Batam. Izin pertama terbit pada 2017 dan diperbarui tahun 2021. Bagi manajemen, legalitas itu menjadi pijakan utama agar seluruh kegiatan usaha berlangsung dalam koridor hukum.

“Semua aktivitas kami berjalan sesuai izin BP Batam. Tidak ada yang kami sembunyikan, tidak ada yang kami langgar,” ujar Ardian, manajer senior PT Esun, saat ditemui di Batam.

Berkomitmen pada Lingkungan

Sebagai perusahaan industri ekspor, Esun menggunakan bahan baku yang diimpor dari luar negeri untuk kemudian diolah di Batam. Setelah diproses dengan teknologi industri bersih, seluruh hasil produksi dikirim kembali ke luar negeri.

Ardian menegaskan, tidak ada limbah yang dibuang sembarangan di wilayah Indonesia. Semua kegiatan operasional dijalankan berdasarkan dokumen UKL-UPL (Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan) yang diperbarui secara berkala. Uji kualitas udara dan air dilakukan setiap enam bulan dan hasilnya dilaporkan ke instansi pemerintah daerah.

BACA JUGA:  Polda Kepri Ungkap 30 Kasus Narkoba dalam 1,5 Bulan, 39 Tersangka Diamankan

“Kami ingin menjadi bagian dari industri yang produktif, tetapi juga bertanggung jawab,” kata Ardian. “Laporan kami selalu diterima dan tercatat di dinas lingkungan hidup.”

Langkah itu membuat PT Esun kerap dijadikan contoh bagi industri sejenis dalam penerapan tata kelola lingkungan yang disiplin.

Memberi Kehidupan

Lebih dari 2.000 pekerja kini menggantungkan hidup di perusahaan ini. Sebagian besar merupakan tenaga kerja lokal yang telah bertahun-tahun bekerja di Esun. Jika ditambah keluarga mereka, sekitar 6.000 jiwa bergantung pada keberlanjutan perusahaan ini.

Setiap tahun, PT Esun menyalurkan Rp98 miliar untuk gaji karyawan. Selain itu, perusahaan juga membayar pajak sekitar Rp14 miliar, berpartisipasi dalam program BPJS sebesar Rp30 miliar, dan menanamkan investasi akumulatif Rp50 miliar sejak berdiri.

BACA JUGA:  Kasus MT Tuktuk, Presiden LIRA Jusuf Rizal Datangi Kantor Pos Gakkum KLHK Kepri

“Saya mulai dari operator. Sekarang sudah bisa menabung untuk anak kuliah. Kami merasa dihargai di sini,” ujar Abdul, seorang pekerja PT Esun yang telah tujuh tahun bekerja.

Cerita-cerita seperti itu menjadi wajah lain industri Batam — bahwa di balik gedung pabrik, ada keluarga yang terbantu, anak-anak yang bisa melanjutkan sekolah, dan kehidupan yang bergerak lebih baik.

Ujian Regulasi

Akhir September lalu, kegiatan impor bahan baku PT Esun sempat terhenti sementara. Pengawasan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai bagian dari penertiban administrasi lingkungan industri.

Manajemen menghormati langkah tersebut dan menyatakan siap memenuhi evaluasi teknis yang diminta. Namun, mereka berharap prosesnya ditempuh dengan pendekatan yang persuasif dan berimbang, agar iklim investasi tetap terjaga.

“Kami siap dibina dan memperbaiki jika ada kekurangan. Yang penting, jangan sampai itikad baik perusahaan malah terhenti oleh salah persepsi,” ujar dia.

BACA JUGA:  Kamaludin Resmi Dilantik sebagai Ketua DPRD Kota Batam Periode 2024-2029: Kursi Waka II PDIP Masih Kosong

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam turut menyampaikan keprihatinan atas penghentian sementara itu. Mereka menilai Esun telah menunjukkan kepatuhan dan komitmen tinggi terhadap regulasi, sehingga semestinya pembinaan menjadi prioritas.

“Dalam penegakan aturan, perlu ruang dialog. Pendekatan yang terlalu kaku bisa merusak kepercayaan investor,” ujar Ketua Apindo Batam.

Pemerintah daerah pun menyadari hal serupa. Sebagai kawasan perdagangan bebas, Batam selama ini dikenal ramah terhadap investasi. Kejelasan dan keseimbangan penegakan hukum menjadi kunci menjaga citra itu di mata dunia usaha.

Menjaga Kepercayaan

Bagi Esun, keberlanjutan usaha bukan semata persoalan bisnis, melainkan juga soal kepercayaan — dari pemerintah, masyarakat, hingga para pekerja.

“Investasi itu bukan sekadar modal. Ia adalah kepercayaan. Kami yakin, pemerintah juga ingin menjaga kepercayaan yang sama,” tambah Ardian lagi.

PT Esun berkomitmen terus beradaptasi dengan tuntutan industri hijau dan transparan. Dari Batam, perusahaan ini menegaskan perannya: membangun ekonomi, melindungi lingkungan, dan menghadirkan kesejahteraan yang nyata bagi banyak keluarga.