TelegrapNews.com, Batam – Ribuan warga di Kampung Tua Tanjung Piayu Laut, Batam, masih menunggu realisasi instalasi jaringan air minum dari Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang dikelola oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam. Hingga kini, lebih dari 300 Kepala Keluarga (KK) di kawasan tersebut belum mendapatkan layanan air bersih.
Seperti diketahui, setelah berakhirnya kontrak kerja sama 25 tahun antara BP Batam dan PT Adhya Tirta Batam (ATB) pada 2020, pengelolaan SPAM Batam dialihkan ke konsorsium PT Moya Indonesia dan PT Pembangunan Perumahan (Persero). Konsorsium ini kemudian membentuk PT Air Batam Hulu (ABH) dan PT Air Batam Hilir untuk mengelola layanan distribusi dan pengolahan air.
PT Air Batam Hulu bertanggung jawab atas distribusi air ke pelanggan serta layanan pelanggan, seperti pemasangan sambungan baru, pembayaran tagihan, dan penanganan keluhan. Sementara itu, PT Air Batam Hilir mengelola instalasi pengolahan air (IPA) dan sistem air baku.
Warga Kesulitan Air, Hanya Andalkan Sumur dan Truk Air
Ketua RW Tanjung Piayu Laut, Nur, mengungkapkan bahwa masyarakat sangat berharap agar pemerintah melalui BP Batam segera merealisasikan layanan air bersih di wilayah mereka.
“Kami sangat mengharapkan pemerintah (BP Batam) dapat merealisasikan layanan air bersih. Kami benar-benar membutuhkannya,” ujar Nur kepada TelegrapNews.com, Sabtu (8/3/2025).
Sebagian besar warga Tanjung Piayu Laut, yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan, hanya mengandalkan air sumur. Namun, saat musim kemarau, sumber air menjadi sangat terbatas. Alternatif lain adalah membeli air dari truk pengangkut dengan harga yang jauh lebih mahal dibandingkan tarif resmi SPAM Batam.
“Setiap hari ada truk penjual air, tapi harganya sangat mahal. Per drum (200 liter) bisa mencapai Rp20 ribu. Itu setara dengan Rp100 ribu per meter kubik, jauh lebih tinggi dibandingkan tarif SPAM Batam yang hanya Rp2.000 per meter kubik untuk rumah tangga,” jelas Nur.
Ironisnya, permukiman Tanjung Piayu Laut berbatasan langsung dengan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Duriangkang, yang merupakan sumber utama penyediaan air bersih untuk sekitar 75 persen pelanggan di Batam. IPA Duriangkang melayani kawasan Batam Centre, Sei Beduk, Bengkong, Batuampar, hingga sebagian wilayah Batuaji dan Nongsa.
BP Batam dan PT ABH Masih Tunggu Persetujuan Anggaran
Meskipun kebutuhan warga sudah mendesak, hingga kini belum ada kepastian kapan instalasi air bersih akan direalisasikan. Direktur BU-SPAM BP Batam, Denny Tondano, belum memberikan tanggapan terkait pertanyaan dari TelegrapNews.com mengenai progres proyek ini.
Sementara itu, Direktur Utama PT ABH, Mujiaman, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyusun perencanaan, tetapi masih menunggu persetujuan anggaran dari BP Batam.
“Perencanaannya sudah ada. Kami tinggal menunggu persetujuan anggaran dari BP Batam,” kata Mujiaman.
Namun, ia tidak merinci jumlah investasi yang dibutuhkan untuk membangun jaringan distribusi ke wilayah Tanjung Piayu Laut maupun kendala lain yang menghambat realisasi proyek ini.
Warga Tanjung Piayu Laut telah berulang kali menyampaikan keluhan mereka, termasuk melalui audiensi dengan BP Batam dan laporan ke Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Kepulauan Riau. Hingga awal tahun ini, BP Batam sempat berjanji akan segera merealisasikan proyek tersebut.
“Terakhir, saat pertemuan di Kantor Ombudsman, BP Batam mengatakan akan segera merealisasikan sambungan air minum. Tapi sampai sekarang belum ada kepastian kapan akan dilaksanakan,” pungkas Nur.
Penulis: LCM
Editor: MS