
Telegrapnews.com, Gaza – Kondisi kemanusiaan dan medis di Jalur Gaza semakin mengkhawatirkan setelah Israel menghentikan pengiriman bantuan ke wilayah tersebut sejak awal Maret. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, dalam konferensi pers bersama Menlu Polandia, RadosÅ‚aw Sikorski, seperti dikutip dari Al Jazeera pada Rabu (16/4).
Abdelatty menegaskan bahwa solusi terbaik untuk mengakhiri penderitaan ini adalah dengan mematuhi kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati pada Januari lalu, termasuk pembebasan para tawanan dan penghentian perang.
Ia juga menyebutkan bahwa kunjungan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi ke Qatar dan Kuwait merupakan bagian dari upaya intensif Mesir untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Jurnalis Dunia Bungkam
Sementara itu, Francesca Albanese, pelapor khusus PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki, mengapresiasi dukungan organisasi jurnalis Prancis terhadap rekan-rekan mereka di Gaza. Namun dia juga mempertanyakan mengapa banyak jurnalis dunia belum bersuara mengenai krisis ini.
Sejak perang Gaza dimulai Oktober 2023, sedikitnya 175 jurnalis tewas, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), sementara media Palestina menyebut jumlahnya mencapai 210 korban.
Kelompok jurnalis Prancis dalam surat mereka yang diterbitkan oleh Le Monde menuding bahwa tentara Israel secara sengaja membidik jurnalis di Gaza. Mereka juga menyoroti adanya upaya pembungkaman media untuk menghalangi penyampaian bukti kejahatan perang ke mata dunia.
Dalam wawancara dengan jurnalis Inggris Owen Jones, Profesor Emeritus Universitas Bradford Paul Rogers menyatakan bahwa sekitar 70.000 ton bahan peledak telah dijatuhkan di Gaza—angka yang setara hampir enam kali daya ledak bom atom Hiroshima. Ia menekankan bahwa kehancuran sebesar ini belum pernah terlihat di era pasca-Perang Dunia II.
Jurnalis Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum, melaporkan dari Deir al-Balah bahwa warga Gaza kini menghadapi realitas mengerikan: kelaparan, kekurangan air bersih, obat-obatan, dan tekanan ekonomi yang ekstrem.
Makan Sekali Sehari
Banyak keluarga hanya mampu makan satu kali sehari, bahkan ada yang lebih sedikit. Warga menggambarkan situasi ini sebagai upaya penghapusan kehidupan manusia secara perlahan dan sistematis.
Di sisi lain, menjelang peringatan Hari Tahanan Palestina, Hamas menyampaikan bahwa pembebasan warga Palestina dari penjara-penjara Israel akan menjadi prioritas utama dalam perundingan gencatan senjata.
Mereka juga mengecam kekerasan dan penyiksaan terhadap para tahanan dan meminta intervensi komunitas internasional untuk membebaskan seluruh tahanan serta mengadili para pelaku kejahatan kemanusiaan di pengadilan internasional.
Dengan blokade bantuan yang berlarut-larut dan peningkatan eskalasi militer, penderitaan warga Gaza kian dalam. Dunia internasional pun didesak untuk mengambil langkah nyata demi menyelamatkan jutaan nyawa dari krisis yang semakin mendekati batas kemanusiaan.
Editor: dr