TelegrapNews.com, Batam — Silaturahmi antara Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Batam dan Polresta Barelang pada Senin (3/11/2025) bukan sekadar pertemuan formalitas. Ia merupakan simbol dari kesadaran kolektif bahwa melawan hoaks bukan tugas individu, melainkan tanggung jawab bersama antara penegak hukum dan penjaga nurani publik pers.
Kehadiran Ketua PWI Batam, M. A. Khafi Anshary, bersama jajaran pengurus disambut hangat oleh Kapolresta Barelang Kombes Pol Zaenal Arifin, S.I.K. Pertemuan itu menegaskan satu komitmen memperkuat kolaborasi dalam menjaga ekosistem informasi agar tetap sehat, berimbang, dan berlandaskan kebenaran.
Kapolresta Barelang menyoroti realitas yang kini dihadapi bangsa derasnya arus informasi yang menyisakan dua sisi mata uang. Di satu sisi, ia membawa kemudahan akses. Di sisi lain, membuka ruang luas bagi disinformasi yang mengancam nalar publik. Di era ketika kabar palsu menyebar lebih cepat dari fakta, Polri membutuhkan mitra yang memahami etika dan tanggung jawab informasi. Dan di titik itulah media memainkan peran strategisnya.
Polresta Barelang tak tinggal diam. Sejumlah langkah nyata telah dijalankan program Goes To Campus, kunjungan rutin ke sekolah-sekolah, hingga penyuluhan bagi komunitas ojek online dan kelompok milenial. Semua diarahkan pada satu tujuan membangun kesadaran publik agar bijak bermedia, menahan jari sebelum menyebar berita yang belum terverifikasi.
Ketua PWI Batam, M. A. Khafi Anshary, menyambut baik semangat sinergi tersebut. Ia menegaskan, PWI Batam siap berdiri di garda terdepan mendukung langkah Polri menjaga stabilitas keamanan dan kebenaran informasi di Batam. Ia juga menandaskan, babak baru PWI Batam dimulai dualisme kepengurusan yang sempat membayangi kini resmi berakhir pasca-Kongres di Cikarang, Agustus 2025. PWI Batam kini lebih solid, profesional, dan berorientasi pada integritas jurnalisme.
Hubungan antara Polri dan media bukanlah relasi kuasa, tetapi kemitraan strategis. Polisi membutuhkan media untuk menjangkau publik dengan informasi yang benar. Sebaliknya, media membutuhkan kepolisian sebagai sumber yang kredibel dan faktual. Di antara dua peran itulah keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab menemukan bentuknya.
Di tengah polarisasi dan banjir hoaks yang terus menggerus kepercayaan publik, kolaborasi Polri dan PWI menjadi tembok penopang akal sehat. Sebab ketika publik kehilangan kepercayaan pada kebenaran, maka yang runtuh bukan sekadar wibawa media, tetapi juga fondasi sosial bangsa.
Kebenaran adalah ruang publik yang harus dijaga. Polisi dan wartawan, meski berbeda seragam dan peran, berdiri di barisan yang sama memastikan fakta tetap memiliki suara di tengah riuhnya kebohongan.
Sinergi Polri dan PWI Batam adalah penegasan bahwa melawan hoaks tidak cukup dengan imbauan moral, tetapi dengan tindakan nyat bersama, berkolaborasi, dan berkomitmen menjaga kepercayaan publik. Sebab pada akhirnya, kebenaranlah yang menjadi benteng terakhir peradaban.(Wwn)



