Telegrapnews.com, Batam – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam mengeluarkan peringatan dini terkait potensi banjir rob yang diperkirakan akan melanda sejumlah wilayah pesisir di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mulai 10 hingga 30 April 2025. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman tersebut.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Hang Nadim Batam, Ramlan, menjelaskan bahwa fenomena banjir rob ini dipicu oleh kombinasi dari fase bulan purnama yang jatuh pada tanggal 13 April serta musim penghujan tahap pertama yang tengah berlangsung di wilayah Kepri.
Peningkatan muka air laut yang dipengaruhi oleh gravitasi bulan dan curah hujan yang tinggi berpotensi meningkatkan risiko limpasan air laut ke daratan.
“Setiap wilayah berbeda-beda waktunya. Mengingat tanggal 13 sudah memasuki bulan purnama dan wilayah Kepri juga memasuki musim penghujan tahap pertama, maka dengan adanya peningkatan curah hujan dan kenaikan muka air laut saat bulan purnama, perlu peningkatan kewaspadaan terhadap limpasan air laut ke pesisir atau darat (rob),” ujar Ramlan, Kamis (10/4).
Wilayah yang Kena Banjir Rob
Wilayah yang diperkirakan terdampak oleh fenomena ini meliputi Kota Batam, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kota Tanjungpinang, dan Kabupaten Bintan. Di Kota Batam, banjir rob diprediksi terjadi pada 13 hingga 14 April dan kembali berpotensi pada 27 hingga 30 April. Sementara itu, Kabupaten Karimun bahkan sudah mulai merasakan dampaknya sejak tanggal 10 April.
“Untuk Wilayah Batam, banjir rob diperkirakan terjadi pada tanggal 13, namun untuk wilayah lainnya seperti Karimun sudah dimulai sejak hari ini (Kamis, 10 April),” tambah Ramlan.
Fenomena ini dapat mengganggu berbagai aktivitas masyarakat, terutama yang tinggal dan bekerja di sekitar wilayah pelabuhan dan pesisir. Aktivitas bongkar muat di pelabuhan, kegiatan nelayan, tambak garam, serta perikanan darat diperkirakan akan terganggu akibat naiknya muka air laut.
“Masyarakat juga diminta untuk mewaspadai potensi abrasi dan penumpukan material seperti sampah yang terbawa oleh pasang air laut ke daratan,” ungkap Ramlan.
Ramlan mengimbau masyarakat pesisir untuk tetap waspada dan siaga dalam menghadapi dampak dari fenomena pasang maksimum air laut ini. Ia juga mengingatkan agar masyarakat selalu memperbarui informasi cuaca maritim serta memperhatikan peringatan dini yang dikeluarkan BMKG secara berkala.
“Imbauan untuk masyarakat pesisir yang terdampak perlu ditingkatkan, baik terkait abrasi maupun potensi kenaikan air laut yang dapat menyebabkan banjir pesisir dan dampak lainnya,” tegas Ramlan.
Peringatan dini ini dikeluarkan oleh BMKG untuk memastikan masyarakat pesisir memiliki waktu yang cukup untuk mengantisipasi risiko dan meminimalisasi dampak dari banjir rob yang sering terjadi bersamaan dengan fenomena pasang maksimum.
BMKG mengajak seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat untuk meningkatkan koordinasi dan kewaspadaan selama periode rawan ini berlangsung.
Editor: jd