Telegrapnews.com, Batam – Siapa yang tidak kenal daster? Pakaian rumahan yang dulu identik dengan ibu rumah tangga ini kini telah meraih popularitas tinggi di kalangan perempuan Indonesia, bahkan para selebritas dan figur publik.
Daster, yang memiliki sejarah panjang, kini bukan hanya sekadar pakaian rumah tangga, tetapi juga item fesyen yang bisa dipakai untuk berbagai kesempatan.
Daster sebenarnya berasal dari kata “duster” dalam bahasa Inggris, yang artinya jubah panjang dan longgar terbuat dari bahan ringan.
Pada abad ke-18 dan ke-19, daster digunakan oleh pria di Amerika Serikat, khususnya oleh koboi untuk melindungi diri dari debu dan kotoran. Bahkan, daster bisa berfungsi sebagai jas hujan dengan menambahkan lapisan parafin.
Baru pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, daster mulai dikenakan oleh wanita, dengan desain yang lebih modis dan bergaya.
Di Indonesia, daster pertama kali dikenal pada masa kolonial Belanda, ketika wanita Eropa mengenakan gaun longgar yang cocok dengan cuaca tropis. Masyarakat lokal pun mulai mengadaptasi desain daster dengan kain dan motif tradisional Indonesia.
Daster pun semakin populer di kalangan wanita Indonesia karena kesederhanaan dan kenyamanannya, terutama pada tahun 2010-an, ketika busana ini menjadi pilihan lintas kelas sosial.
Kini, daster tak hanya dikenakan di rumah, tetapi juga menjadi pilihan fashion untuk acara santai. Berbagai desainer lokal mulai mengembangkan motif, warna, dan potongan yang lebih modern.
Daster pun tampil lebih modis dan dapat dipadukan dengan aksesori, menjadikannya cocok untuk digunakan saat jalan-jalan atau hangout bersama teman.
Dengan sejarah yang kaya dan terus berkembang, daster telah menjadi simbol budaya Indonesia. Pakaian ini kini lebih dari sekadar item fesyen, melainkan juga identitas yang mencerminkan gaya hidup masyarakat.
Sumber: msn
Editor: dr