Headline

Permukiman Warga Rempang Diduga Diserang, Penolakan Proyek PSN Rempang Eco-City Memanas

Telegrapnews.com, Batam – Kasus dugaan kekerasan terhadap masyarakat Pulau Rempang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau, kembali memanas. Kali ini, permukiman warga yang menolak Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City diduga diserang oleh puluhan orang pada Selasa (18/12/2024) dini hari.

Para pelaku disebut terindikasi sebagai pegawai PT Makmur Elok Graha (MEG), perusahaan yang terlibat dalam pengembangan proyek tersebut.

Serangan ini mengakibatkan sejumlah warga mengalami luka serius. Menurut laporan, beberapa di antaranya terkena panah hingga mengalami patah tulang.

Salah seorang warga Rempang yang jadi korban penganiayaan (ig walhi riau)

Korban Luka Warga Rempang

Saat ini korban yang baru diketahui berjumlah 3 orang dengan rincian sebagai berikut:
1. (M) Pasir Merah: kena panah di bagian punggung
2. (Z), Sungai Buluh dipukul dibagian kepala
3. (S) bocor/berdarah di bagian kepala.

Baca juga: Polisi Kejar Provokator di Balik Konflik Anarkistis Warga Rempang dan PT MEG

Insiden ini semakin memperkeruh suasana di Pulau Rempang, yang telah lama menjadi lokasi konflik antara masyarakat adat dan pihak pemerintah serta pengembang proyek.

Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa serangan terjadi secara mendadak.

“Kami tidak tahu apa alasan mereka datang, tiba-tiba menyerang dengan membawa senjata seperti panah dan kayu,” ujarnya.

Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian setempat masih melakukan penyelidikan terhadap insiden tersebut.

Kapolresta Barelang, Kombes Heribertus Ompusunggu  menyatakan bahwa pihaknya akan menindak tegas segala bentuk kekerasan dan memastikan keamanan masyarakat Pulau Rempang.

Baca juga: Pembebasan Lahan Proyek Rempang Eco City Tanggungjawab BP Batam, Bukan Pemerintah Pusat

“Kami akan mendalami kasus ini dan memanggil semua pihak yang diduga terlibat, termasuk pegawai PT MEG. Keamanan warga adalah prioritas kami,” tegasnya.

Proyek Rempang Eco-City sendiri telah menjadi sorotan nasional karena mendapat penolakan dari masyarakat adat yang merasa tanah leluhur mereka terancam. Sementara itu, pengembang dan pemerintah menilai proyek ini penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Insiden kekerasan ini memicu reaksi dari berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat dan tokoh nasional. Banyak yang mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan konflik ini dengan cara yang adil dan damai tanpa merugikan masyarakat setempat.

Editor: dr

Share

Recent Posts

  • Hukum Kriminal

Bea Cukai Batam Gagalkan Penyelundupan Paruh Rangkong dan Taring Beruang Madu

TelegrapNews.com, Batam – Bea Cukai Batam menggagalkan upaya penyelundupan bagian tubuh satwa dilindungi yang dikirim…

3 hari ago
  • Hukum Kriminal

Bareskrim Polri dan Polda Kepri Bongkar Peredaran Narkoba di Club Malam Batam

TelegrapNews.com, Batam – Tim gabungan Bareskrim Polri dan Polda Kepulauan Riau membongkar peredaran narkoba di…

3 hari ago
  • Batam

Sinergi Kejari dan PWI Batam, Perlindungan Nyata bagi Dunia Pendidikan

TelegrapNews.com, Batam - Langkah Kejaksaan Negeri (Kejari) Batam bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Batam dalam…

5 hari ago
  • Anamabas

Kejati Kepri dan Kejari Lingga Sosialisasi Pencegahan Korupsi di Singkep Lingga

TelegrapNews.com, Dabo Singkep - Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau bersama dengan Kejaksaan Negeri Lingga melalui program…

5 hari ago
  • Batam

Sampah di Sekitar Jembatan Barelang, Pengunjung Keluhkan Pemandangan Kotor

TelegrapNews.com, Batam – Warga Batam yang datang untuk menikmati sore hari di Jembatan Barelang mengeluhkan…

6 hari ago
  • Batam

Pedagang di Jembatan Barelang Kecewa, Uang Sampah Sudah Dibayar tapi Sampah Tak Diangkut

TelegrapNews.com, Batam – Pedagang di Jembatan 1 dan 2 Barelang, Kota Batam mengeluhkan penumpukan sampah…

6 hari ago